NON PHARMACOLOGICAL PAIN MANAGEMENT

Seorang pasien yang sedang mengalami nyeri umumnya berharap kepada perawat agar rasa nyeri yang sedang dialaminya dapat segera menghilang atau berkurang, mereka membutuhkan keadaan terbebas dari nyeri- pain relief. Tetapi bagi perawat, memenuhi permintaan tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap orang memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain terhadap nyeri yang mungkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang mendorong perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam menyediakan peningkatan rasa nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri. Hal yang sangat mendasar bagi perawat dalam melaksanakannya adalah kepercayaan perawat bahwa rasa nyeri yang dialami oleh kliennya adalah sungguh nyata terjadi, kesediaan perawat untuk terlibat dalam menghadapi pengalaman nyeri yang dialami oleh klien dan kompetensi untuk terus mengembangkan upaya-upaya mengatasi nyeri atau pain management.

Rasa nyeri telah diidentifikasi sebagai alasan utama seseorang mencari pertolongan kepada petugas kesehatan dan mengkonsumsi obat-obatan. Sebuah studi komprehensif yang dilakukan oleh Donovan pada tahun 1995 mengungkapkan bahwa banyak orang mengalami nyeri selama beberapa tahun terakhir, rasa nyeri tersebut antara lain; nyeri kepala, nyeri punggung, dan nyeri sendi dengan frekuensi terbesar.

Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi pasien yang sedang mengalami nyeri, bersifat non farmakologi. Sebagaimana diketahui bahwa perawat tidak memiliki wewenang untuk memberikan resep obat-obatan (intervensi farmakologikal) penghilang nyeri kepada pasien. Tindakan mengatasi nyeri – pain management, yang dapat dilakukan oleh perawat sebagai penyedia asuhan keperawatan akan diuraikan lebih lanjut didalam artikel ini.

DEFINISI

Nyeri

The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri
sebagai “an unpleasant sensory and emotional experience which we primarily associate with tissue damage or describe in terms of such damage, or both.” Definisi ini menyatakan bahwa nyeri merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory, emosional, dan kognitif dan eksistensi dari keadaan pathology fisik tidaklah mutlak muncul pada pasien yang sedang mengalami nyeri. (The IASP, dalam Parrot,2002)

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Walaupun demikian nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau factor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain

Managemen Nyeri (Pain Management)

Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief. Management nyeri ini menggunakan pendekatan multidisiplin yang didalamnya termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal dan psikologikal.

Managemen Nyeri Non Farmakologikal

Merupakan upaya-upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara lain distraksi, relaksasi, massage dan lain sebagainya.

ETIOLOGI NYERI

Penyebab nyeri dapat diklasifikasi kedalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab adalah trauma (mekanik, thermal, kimiawi maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain-lain.

Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka.

Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas atau dingin.

Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.

Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.

Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau metastase.

Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor
akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri.

Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Nyeri karena factor ini disebut pula psychogenic pain.

KLASIFIKASI NYERI

Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangan.

a. Nyeri berdasarkan tempatnya;

1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada mukosa, kulit.

2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.

3) Refered
pain
, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan
daerah asal nyeri.

4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya;

1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.

2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.

3) Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap sekitar 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat-ringannya;

1) Nyeri rendah , yaitu nyeri dengan intensitas rendah

2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan;

1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.

2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

PATOFISIOLOGI NYERI

Berdasarkan karakteristik klinis yang muncul, timbul banyak opini mengenai jenis-jenis mekanisme terjadinya nyeri. Sebuah klasifikasi berdasarkan patofisiologi, membagi secara luas sindrom nyeri, yaitu nociceptive, neuropathic, psychogenic, campuran atau idiopathic. Sedangkan dalam diktat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai patofisiologi nyeri nociceptive.

Nociceptive Pain

Secara klinis, sensasi nyeri dikatakan “nociceptive” jika nyeri tersebut secara
langsung berkaitan dengan derajat kerusakan jaringan. Nyeri nociceptive yang terjadi diasumsikan sebagai hasil dari aktivasi normal system nociceptive oleh noxious stimuli. Nociception terdiri dari empat proses : transduction, transmission, modulation dan perception.

Somatosensory secara normal memproses kerusakan jaringan yang didalam prosesnya terjadi interaksi antara system saraf afferent dan inflamasi yang menyertai.

Nociceptors (serabut delta A dan C) termasuk didalam System afferent
primer, adalah saraf efferent dengan diameter kecil dan merespon kepada noxious stimuli dan dapat ditemukan dikulit, otot, sendi dan jaringan visceral
tubuh. Noxious stimuli yang dimaksud adalah Bradikinin, Prostaglandin dan substansi/zat P.

Bradikinin.
Merupakan vasodilator kuat yang meningkatkan permeabilitas kapiler dan mengkonstriksi otot halus. Zat ini mempunyai peran penting dalam proses kimia
dari nyeri, baik ditempat sebuah luka terjadi bahkan sebelum impuls yang dikirim sampai keotak. Zat ini merangsang pelepasan Histamin dan bersamaan dengan histamine menyebabkan kemerahan, bengkak dan nyeri biasanya akan lebih diperhatikan bila timbul peradangan.

Prostaglandin.
Merupakan zat yang menyerupai hormone yang mengirim stimuli nyeri tambahan ke system saraf pusat.

Substansi/zat P.
Merupakan zat yang dipercaya bertindak sebagai stimulant dilokasi reseptor nyeri dan mungkin juga terlibat dalam respon inflamasi (peradangan) di jaringan local (Fuller & Schaller-Ayers,1990 dalam Taylor, 1993)

Proses nociceptive dimulai dengan aktivasi receptor-receptor spesifik ini, yang
mengarah ke transduksi; sebuah proses yang menyebabkan terjadinya depolarisasi saraf peripheral akibat terpajannya saraf dengan stimulus yang tepat.

Setelah depolarisasi terjadi, transmisi dari informasi berlanjut ke akson disepanjang medulla spinalis menuju otak. Kemudian terjadilah proses perubahan bentuk sinyal (modulasi) terhadap input disetiap tingkatan neuroaksis. Perubahan ini melibatkan aktiivitas saraf afferent dan efferent, dan terjadi di bagian dorsal horn dari medulla spinalis. Informasi yang sampai dihipothalamus dan struktur otak lain kemudian dikenali sebagai rasa nyeri. Proses ini disebut perception.

NON PHARMACOLOGICAL PAIN MANAGEMENT

Distraksi

Teknik distraksi adalah teknik yang dilakukan untuk mengalihkan perhatian klien dari nyeri. Teknik distraksi yang dapat dilakukan adalah:

a) Melakukan hal yang sangat disukai, seperti membaca buku, melukis, menggambar dan sebagainya, dengan tidak meningkatkan stimuli pada bagian tubuh yang dirasa nyeri.

b) Melakukan kompres hangat pada bagian tubuh yang dirasakan nyeri.

c) Bernapas lembut dan berirama secara teratur.

d) Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya.

Therapy musik.

Therapy musik adalah proses interpersonal yang digunakan untuk mempengaruhi keadaan fisik, emosional, mental, estetik dan spiritual, untuk membantu klien meningkatkan atau mempertahankan kesehatannya.

Therapy musik digunakan oleh individu dari bermacam rentang usia dan dengan beragam kondisi; gangguan kejiwaan, masalah kesehatan, kecacatan fisik, kerusakan sensorik, gangguan perkembangan, penyalahgunaan zat, masalah interpersonal dan penuaan. Therapy ini juga digunakan untuk mendukung proses pembelajaran, membangun rasa percaya diri, mengurangi stress, mendukung latihan fisik dan memfasilitasi berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan.

Massage atau pijatan

Merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan lunak yang bertujuan untuk mengatasi masalah fisik, fungsional atau terkadang psikologi.

Pijatan dilakukan dengan penekanan terhadap jaringan lunak baik secara terstruktur ataupun tidak, gerakan-gerakan atau getaran, dilakukan menggunakan bantuan media ataupun tidak.

Beberapa teknik massage yang dapat dilakukan untuk distraksi adalah sebagai berikut;

a) Remasan. Usap otot bahu dan remas secara bersamaan.

b) Selang-seling tangan. Memijat punggung dengan tekanan pendek, cepat dan
bergantian tangan.

c) Gesekan. Memijat punggung dengan ibu jari, gerakannya memutar sepanjang tulang punggung dari sacrum ke bahu.

d) Eflurasi. Memijat punggung dengan kedua tangan, tekanan lebih halus dengan gerakan ke atas untuk membantu aliran balik vena.

e) Petriasi. Menekan punggung secara horizontal. Pindah tangan anda dengan arah yang berlawanan, menggunakan gerakan meremas.

f) Tekanan menyikat. Secara halus, tekan punggung dengan ujung-ujung jari untuk mengakhiri pijatan.

Guided Imaginary

Yaitu upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa nyeri dengan mendorong pasien untuk mengkhayal dengan bimbingan. Tekniknya sebagai berikut:

a) Atur posisi yang nyaman pada klien.

b) Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indra.

c) Mintakan klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya.

d) Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicara lagi.

e) Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah, atau tidak nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien siap.

Relaksasi

Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk dikursi. Hal utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang. Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya adalah relaksasi autogenic. Relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak berisiko.

Ketika melakukan relaksasi autogenic, seseorang membayangkan dirinya berada didalam keadaan damai dan tenang, berfokus pada pengaturan napas dan detakan jantung. Langkah-langkah latihan relaksasi autogenic adalah sebagai berikut:

a) Persiapan sebelum memulai latihan

1) Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata terpejam.

2) Atur napas hingga napas menjadi lebih teratur.

3) Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan sambil katakan dalam hati ‘saya damai dan tenang’.

b) Langkah 1 : merasakan berat

1) Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua lengan terasa berat. Selanjutnya, secara perlahan-lahan bayangkan kedua lengan terasa kendur, ringan, sehingga terasa sangat ringan sekali sambil katakana ‘saya merasa damai dan tenang sepenuhnya’.

2) Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher dan kaki.

c) Langkah 2 : merasakan kehangatan

1) Bayangkan darah mengalir keseluruh tubuh dan rasakan hawa hangatnya aliran darah, seperti merasakan minuman yang hangat, sambil mengatakan dalam diri ‘saya merasa senang dan hangat’.

2) Ulangi enam kali.

3) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai, tenang’.

d) Langkah 3 : merasakan denyut jantung

1) Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan kiri pada perut.

2) Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan teratur dan tenang. Sambil katakan ‘jantungnya berdenyut dengan teratur dan tenang’.

3) Ulangi enam kali.

4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

e) Langkah 4 : latihan pernapasan

1) Posisi kedua tangan tidak berubah.

2) Katakan dalam diri ‘napasku longgar dan tenang’

3) Ulangi enam kali.

4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

f) Langkah 5 : latihan abdomen

1) Posisi kedua tangan tidak berubah. Rasakan pembuluh darah dalam perut mengalir dengan teratur dan terasa hangat.

2) Katakan dalam diri ‘darah yang mengalir dalam perutku terasa hangat’.

3) Ulangi enam kali.

4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

g) Langkah 6 : latihan kepala

1) Kedua tangan kembali pada posisi awal.

2) Katakan dalam hati ‘kepala saya terasa benar-benar dingin’

3) Ulangi enam kali.

4) Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.

h) Langkah 7 : akhir latihan

Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan (mengepalkan) lengan bersamaan dengan napas dalam, lalu buang napas pelan-pelan sambil membuka mata.

Akupuntur

Akupuntur adalah tehnik pengobatan tradisional yang berasal dari Cina untuk memblok chi dengan menggunakan jarum dan menusukkannya ke titik-titik tubuh tertentu yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan yin dan yang.

KESIMPULAN

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Dalam konteks asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami oleh klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan.

Intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah nyeri berupa non farmacological pain management antara lain distraksi, relaksasi dan guided imaginary. Selain itu terdapat pula beberapa therapy non farmakologi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi nyeri seperti misalnya akupuntur oleh akupunturist, therapy music,
pijatan, dan guided imaginary yang dilakukan oleh seseorang yang ahli
dibidangnya dan disebut sebagai therapist.

REFERENSI

Baresford, Larry.1998. A piece of pain Relief. Chicago.Hospital and Health Network.

Hilton. A.P.2004.Fundamental Nursing Skills. USA: Whurr Publisher Ltd

Khalsa,Singh M.D., Cameron Stauth.2004.

A Journey down the Pain Pathway ; The Pain Cure : The Proven Medical Program that Helps End Your Chronic Pain.

Kozier,et.al.2004. Fundamentals of nursing ; concepts, process and practice Seventh edition. United States: Pearson Prentice Hall

Parrott T.2002. Pain Management in Primary-Care Medical Practice. In: Tollison CD, Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins

Potter, P.A & Perry, A.G.(1993). Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Third edition. St.Louis: Mosby Year Book

Taylor, Lilis & LeMone.(1993). Fundamental of Nursing; the art and science of nursing care. Third edition. Philadelphia: Lippincot-Raven Publication

Leave a comment